KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN DAN KESESUAIAN BUDIDAYA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima)DI KABUPATEN BARRU

  • Irfanudin Rizaki Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB Univeristy
  • Sigid Hariyadi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB Univeristy
  • Taslim Arifin Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia
Kata Kunci: Budidaya tiram mutiara, Karakteristik perairan, Kesesuaian, Pesisir

Abstrak

Kegiatan pemanfaatan perairan pesisir yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Barru adalah budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima). Namun, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Pemilihan lokasi melalui kegiatan inventarisasi dan pemetaan potensi sumberdaya lahan merupakan tahapan awal yang penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menilai kesesuaian perairan Kabupaten Barru untuk pemanfaatan budidaya tiram mutiara (Pinctada. maxima). Metode yang digunakan analisis karakteristik, analisis kelimpahan plankton SID (Simpson’s index diversity) dan analisis kesesuaian budidaya tiram mutiara melalui pembobotan. Kondisi parameter fisik perairan seperti pasang surut dicirikan oleh pasang surut campuran cenderung harian ganda yaitu siklus pasang surut terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam satu hari. Kecepatan arus perairan berkisar 14 - 69 cm/s. Kontur kedalaman perairan antara 5 - >200 meter dan suhu perairan dalam kategori cukup tinggi pada musim peralihan I pada bulan Mei berkisar 30,1-31,6 0C. Parameter kimia antara lain; salinitas, oksigen terlarut, pH, dan nitrat pada kisaran baku mutu air laut. Kondisi berbeda pada sebaran fosfat pada wilayah muara memiliki tingkat melebihi status baku mutu >0,015 mg/L. Potensi perairan Kabupaten Barru yang sesuai untuk budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) dengan kawasan sangat sesuai seluas 3.201 ha.

Unduh

Download data is not yet available.

Referensi

Algarswami, K. 1970. Pearl culture in Japan and its lessons for India. Symp. MolluscaPt. III. Mar. Biol. Ass. India.975-998.

Al-Sayed, H., El-Din, A.K.G., Saleh, K.M., 1997. Shell morphometrics and some biochemical aspects of thepearl oyster Pinctada radiata (Leach 1814) in relation to different salinity levels around Bahrain. ArabGulf J. Sci. Res. 15:767–782.

Anwar, K., Toelihere, M., Affandi, R., Azwar, N.R. danRiani, E. 2004. Kebiasaan makan tiram mutiara Pinctada maximadi Perairan Teluk Sekotong, Lombok. Jur. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan. 11(2):73-79.

APHA. 2012. Standar Methode for The Examination of Water and Waste Water.22th Edition. American Public Health Association. Washington DC(US): Enviromental Prtection Agency Press. 99-125.

Arifin, T., Yulius. danIsmail, M.F.A. 2012. Kondisi arus pasang surut di perairan pesisir kota Makassar, Sulawesi Selatan. Depik. 1(3):183-188.

ASEAN. 2008. Marine Water Quality Criteria Management Guidelines and Monitoring Manual. Australia:Australian Marine Science and Technology Press. 39-40

Avnimelech, Y. 2000. Nitrogen control and protein recycling: activated suspension ponds. Advocate.3(2):23–24.

Chellam, A., Velayudhan, T.S., Victor, A.C.C. 1987. Pearl Oyster Farming. Indian Council of Agricultural Research (Pearl Culture). 72-77.

Departemen Kelautan dan Perikanan [DKP]. 2002. Modul Sosialisasi dan OrientasiPenataan Ruang, Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir danPulau-Pulau Kecil.Jakarta.Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-PulauKecil. 1-165.

Hamzah, M.S. 2014. Hubungan antara variasi musiman dan kedalaman terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara (Pinctada maxima) di Teluk Kapontori Pulau Buton.Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 143-155.

Haws,M. 2002. The Basic of Pearl Farming.Hilo: Center for Tropical and subtropical Aquaculture Publication.127:1-83.

Humaira, R.J.H. dan Al Maulida, S. 2021. Keanekaragaman jenis plankton di perairan kawasan wisata alam Iboih Kota Sabang. Prosiding Seminar Nasional Biotik. 9:132-136.

Illahude, A.G.1978. On The effecting the productivity of theSouthern Makassar Strait. Marine Research in Indonesia.21:81-107.

Kangkan, A. L. 2006. Studi penentuan lokasi untuk pengembangan budidaya laut berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi di TelukKupang, Nusa Tenggara Timur.Thesis.Universitas Diponegoro Semarang. p. 1-129.

Kan-no, H., Sasaki, M., Sakurai, Y., Watanabe, T. andSuzuki, K. 1965. Studies on the mass mortality of theoyster in Matsushima Bay I. General Aspects of the mass mortality of the oyster in Matsushima Bay and its environmental conditions.Bull. Tohoku Reg. Fish. Res. Lab. 25:1–26.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun [KEP. MEN. LH No 51] .2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. 1489-1498.

Kreb, C.J. 1989. Ecological Methodology.University of British Columbia. 2nd Ed.Canada. 576-584.

Lestari, F. 2014. Model Dinamika Fluks Nitrogen dan Kaitanya dengan Ekosistem Mangrove dalam Pengelolaan Perairan Pesisir Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pesisir Tanjung Pinang Pulau Bintan Kepulauan Riau). Disertation.Institut Pertanin Bogor. 1-282.

Lucas, J.S. 2008. Environmental Influences. UK.Handbook ofThe pearl oyster.1stEd. Amsterdam.pp.195-248.

May, C.L.,Koseff, J.R.,Lucas, L.V.,Cloren,J.E. andSchoellhamer,D.H. 2003. Effect of Spatial and Temporal Variability of Turbidity on Phytoplankton blooms.Mar.Ecol.Prog.Ser.254:111-128.

Ohwada, K. andUemoto, H. 1985. Environmental conditions in pearl oysterculture grounds in Japan. In:Sindermann, C.J. (Ed.), Environmental Quality and Aquaculture Systems. Proceedings of the 13th USJapan Meeting on Aquaculture, Mie, Japan, October 24–25, 1984. NOAA Technical Report NMFS 69.US Department of Commerce, National Oceanic and Atmospheric Administration, National MarineFisheries Service, Springfield, VA, USA, pp. 45–50.

Pavtan,A.andMacLaughilin.2007. The Oceanic Phosphorus Cycle. Chem.Rev. 107(2):563-576.

Pescod, N.B. 1973. Investigation of Inland Water and Estuaries. New York: ReinholdPubilshing Corporation.128-142.

Rustam. 2005. Analisis Dampak Kegiatan Pertambakan Terhadap Daya Dukung Kawasan Pesisir (Studi Kasus Tambak Udang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan).Disertation.Institut Pertanin Bogor. 1-149.

Sujoko, A. 2010. Membenihkan kerang mutiara. Insan Madani. Yogyakarta. Hal 1-89.

Taylor, J.J., Southgate, P.C.andRose, R.A. 2004. Effects of salinity on growth and survival of silver-lip pearloyster, Pinctada maxima. Spat. J. Shellfish Res. 23:375–377.

Winanto, T. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. PT. Panebar Swadaya Jakarta. Seri Agribisnis. 1-95.

Winanto, T. 2009. Kajian Perkembangan Larva dan Pertumbuhan Spat Tiram Mutiara Pinctada maxima(Jameson) pada Kondisi Lingkungan Pemeliharaan Berbeda.Disertation.Institut Pertanin Bogor. 1-215.

Yukihira, H., Lucas. J.S. andKlumpp,D.W. 2000. Comparative effects of temperature on suspension feedingand energy budgets of the pearl oystersPinctada margaritifera and P. maxima. Mar. Ecol. Prog. Ser. 195:179–188.

Yukihira,H., Lucas,J.S. andKlump,D.W. 2006. The Pearl oyster, Pinctada maxima and P. margiritifera, respond in different ways to culture in dissimilar environments. Aquaculture. 252:208-244.

Diterbitkan
2021-06-30