Jurnal Veteriner dan Biomedis https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed <p><strong>Jurnal Veteriner dan Biomedis</strong> diterbitkan oleh <a href="https://skhb.ipb.ac.id/">Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis</a> dalam membantu para akademisi, peneliti dan praktisi untuk menyebarluaskan hasil penelitiannya. Jurnal ini adalah jurnal nasional yang didedikasikan untuk publikasi hasil penelitian dalam lingkup ilmu kedokteran hewan dan ilmu biomedis.</p> <p><strong>Jurnal Veteriner dan Biomedis</strong> menerbitkan paper secara berkala dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret dan September dengan bebas biaya proses submisi sampai dengan diterbikan.</p> Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis en-US Jurnal Veteriner dan Biomedis 2985-4954 Aktivitas Imunomodulator Infusa Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) pada Mencit (Mus musculus) https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/47727 <p>Ginseng jawa diketahui mengandung senyawa aktif yang berpotensi sebagai imunomodulator. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan infusa ginseng jawa sebagai imunomodulator berdasarkan aktivitas dan indeks fagositosis makrofag peritoneal mencit serta menentukan dosis yang paling efektif sebagai imunomodulator. Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit galur DDY jantan yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kontrol negatif (air mineral), kontrol positif (sediaan imunomodulator komersial), infusa ginseng jawa (IGJ) dosis 33 mg/kg BB, 66 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB. Pemberian infusa ginseng jawa dilakukan satu kali sehari selama 14 hari secara peroral dengan mikropipet. Mencit diinduksi dengan Staphylococcus aureus nonpatogen (108 CFU/ml) pada hari ke-15 secara intraperitoneal sebelum dilakukan koleksi cairan peritoneal. Cairan peritoneal lalu dibuat preparat ulas dan dilakukan pengamatan terhadap jumlah makrofag aktif dan S. aureus yang terfagositosis. Selanjutnya aktivitas fagositosis dan indeks fagositosis makrofag dihitung. Hasil pengujian menunjukkan aktivitas fagositosis dan indeks fagositosis pada seluruh kelompok yang diberikan infusa ginseng jawa berbeda nyata (p&lt;0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Aktivitas dan indeks fagositosis tertinggi ditemukan pada kelompok IGJ 200 mg/kg BB dengan nilai berturut-turut 74,83%±2,32% dan 3,07±0,05. Infusa ginseng jawa memiliki kemampuan sebagai imunomodulator dengan meningkatkan respons imun nonspesifik berupa aktivitas dan indeks fagositosis makrofag.</p> Oscar Daniel Kusumo Digyo Safika Andriyanto Copyright (c) 2024 Oscar Daniel Kusumo Digyo, Safika, Andriyanto https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-28 2024-03-28 2 1 1 8 10.29244/jvetbiomed.2.1.1-8. Uji Toksisitas Akut Minyak Kemiri (Aleurites moluccana L.) pada Mencit (Mus musculus) https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/48194 <p>Kemiri (<em>Aleurites moluccana </em>L.) merupakan tanaman yang memiliki manfaat dari setiap bagiannya khususnya biji kemiri yang diolah untuk menghasilkan minyak. Penelitian ini bertujuan menghitung tingkat toksisitas minyak kemiri pada mencit dengan menggunakan penentuan nilai <em>lethal dose</em> 50 (LD<sub>50</sub>). Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan acak lengkap. Sebanyak 20 ekor mencit betina dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan yang diberikan minyak kemiri dosis 5, 10, 15, dan 20 g/kg BB secara peroral. Pengamatan gejala toksisitas pada mencit pascaperlakuan dilakukan selama 14 hari. Parameter yang diamati berupa mortalitas, gejala klinis, dan respon fisiologis mencit. Hasil pada pengamatan dengan parameter mortalitas hewan uji menunjukkan bahwa tidak ada mencit yang mengalami kematian sampai dengan dosis 20 g/kg BB. Parameter respon fisiologis seperti suhu tubuh dan frekuensi nafas berada di rentang normal, sedangkan frekuensi denyut jantung berada di bawah rentang normal. Kesimpulan penelitian ini yaitu minyak kemiri termasuk kedalam kategori praktis tidak toksik.</p> Shafa Adela Putri Ni Luh Putu Ika Mayasari Andriyanto Copyright (c) 2024 Shafa Adela Putri, Ni Luh Putu Ika Mayasari, Andriyanto https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-28 2024-03-28 2 1 9 15 10.29244/jvetbiomed.2.1.9-15. Pengaruh Pemberian Salep Chlorella vulgaris Terhadap Penyembuhan Luka Sayatan pada Mencit (Mus musculus albinus) https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/48127 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salep<em> Chlorella vulgaris</em> terhadap proses penyembuhan luka sayatan mencit (<em>Mus musculus albinus</em>) berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka dan perubahan morfologi luka dibandingkan kontrol. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 25 ekor mencit sebagai hewan uji yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu; 3 kelompok perlakuan (<em>C. vulgaris</em> salep 5%,<em> C. vulgaris</em> salep 10%, <em>C. vulgaris</em> salep 15%) dan 2 kelompok kontrol (plasebo dan proses penyembuhan normal). Mencit dilukai dengan scalpel-blade sepanjang 1 cm sampai fascia. Luka diolesi salep <em>C. vulgaris</em> dua kali sehari dan diamati setiap hari dari hari ke 1 sampai hari ke 14. Semua data kuantitatif diuji secara statistik menggunakan ANOVA dan data kualitatif disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada 5 kelompok (P&gt;0,05). Terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan (<em>C. vulgaris</em> salep 5%, <em>C. vulgaris</em> salep 10%, <em>C. vulgaris</em> salep 15%) dan kelompok kontrol. Hasilnya salep <em>C. vulgaris</em> berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka sayatan mencit (<em>M. m. albinus</em>) dibandingkan kelompok kontrol dengan kandungan ekstrak<em> C. vulgaris</em> 10% paling baik untuk menyembuhkan luka dengan cepat.</p> Sri Wahyuni Khairil Anwar Notodiputro Sachnaz Desta Oktarina Laily Nissa Atul Mualifah Copyright (c) 2024 sri wahyuni, Khairil Anwar Notodiputro, Sachnaz Desta Oktarani, Laily Nissa Atul Mualifah https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-05 2024-04-05 2 1 16 21 10.29244/jvetbiomed.2.1.16-21. Uji Toksisitas Akut Sari Buah Apel (Malus domestica) pada Mencit (Mus musculus) https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/48219 <p>Sari buah apel banyak beredar dan dikonsumsi masyarakat sebagai minuman dengan kandungan nutrisi tinggi. Berbagai potensi sari buah apel sebagai bahan alami perlu didukung oleh informasi mengenai tingkat keamanannya. Tingkat keamanan penggunaan sari buah apel dapat diuji dengan uji toksisitas. Pengujian dilakukan pada 20 ekor mencit betina yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok perlakuan dosis 0 g/kg BB diberi aquades, sedangkan kelompok lain diberi sari buah apel dengan dosis pemberian 5, 10, 15, dan 20 g/kg BB dalam dosis tunggal secara peroral. Mortalitas, respon fisiologis, dan gejala klinis diamati selama 14 hari setelah satu kali pemberian sediaan. Parameter lain yang diamati pada penelitian ini yaitu bobot badan, bobot organ absolut, bobot organ relatif, dan makro anatomi organ. Hasil pengujian toksisitas akut pada sari buah apel tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap gejala klinis, bobot badan, bobot organ, makroanatomi organ, maupun tingkat kematian. Disimpulkan bahwa sari buah apel termasuk ke dalam sediaan yang bersifat praktis tidak membahayakan.</p> Cindy Anola Ifana Andriyanto Diah Nugrahani Pristihadi Copyright (c) 2024 Cindy Anola Ifana, Andriyanto, Diah Nugrahani Pristihadi https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-05 2024-04-05 2 1 22 28 10.29244/jvetbiomed.2.1.22-28. Efek Potensial Sari Buah Apel (Malus domestica) sebagai Penumbuh Rambut pada Tikus (Rattus norvegicus) https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/48242 <p>Rambut berfungsi untuk memberikan kehangatan, perlindungan, keindahan serta penunjang penampilan. Kerontokan rambut yang dapat mengakibatkan kebotakan merupakan salah satu problema yang paling dikhawatirkan setiap orang. Kebotakan biasanya diobati dengan mengkonsumsi obat tertentu namun keamanan dari obat-obatan tersebut belum tentu terjamin. Bahan alami menjadi salah satu alternatif yang dapat dipilih, diantaranya adalah sari buah apel (Malus domestica). Penelitian ini bertujuan menguji dan mempelajari efektivitas sari buah apel sebagai penumbuh rambut serta menganalisis frekuensi pengolesan terbaik dengan parameter pertumbuhan rambut dan reaksi iritasi pada tikus (Rattus norvegicus). Sebanyak 6 ekor tikus dibagi menjadi 4 perlakuan pada masing-masing tikus yaitu kontrol (tidak diberi olesan), 1 kali oles sehari, 2 kali oles sehari, dan 3 kali oles sehari. Pengukuran panjang rambut tikus dilakukan pada hari ke-6, 9, 12, dan 15 serta menganalisis skor eritema dan edema atau Primary Dermal Irritation Index (PDII). Hasil penelitian menunjukkan sari buah apel memiliki efek yang signifikan sebagai pemacu pertumbuhan rambut. Pemberian olesan sebanyak 3 kali sehari menjadi kelompok dengan frekuensi pemberian olesan terbaik karena memiliki perbedaan nyata terhadap kelompok kontrol. Tidak ada reaksi iritasi yang ditimbulkan dari sari buah apel saat dilakukan uji iritasi pada tikus.</p> Cintya Nur Nabilla Andriyanto Mawar Subangkit Copyright (c) 2024 Cintya Nur Nabilla, Andriyanto, Mawar Subangkit https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-05 2024-04-05 2 1 29 34 10.29244/jvetbiomed.2.1.29-34. Pemberian Ekstrak Air Bidara Laut (Strychnos Ligustrina) terhadap Diferensial Leukosit Mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/54085 <p>Plasmodium berghei merupakan hemoprotozoa penyebab penyakit malaria pada mencit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak air bidara laut terhadap gambaran diferensial leukosit pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei. Penelitian ini menggunakan 49 ekor mencit Balb/c, dibagi menjadi 7 kelompok yaitu kontrol normal (KN), kontrol infeksi tanpa perlakuan (KI), kontrol infeksi yang diberikan perlakuan obat kombinasi dihydroartemisinin 25 mg/kgbb dan piperakuin fosfat dosis 197 mg/kgbb (K0), EAa (ekstrak aquades), EAb (ekstrak aquades : DHF = 1:1), EAc (ekstrak aquades : DHF = 1:2), EAd (ekstrak aquades : DHF = 2:1). Kecuali KN, semua kelompok mencit diinfeksi Plasmodium berghei sebanyak 1 x 10 6 /ml secara intraperitoneal. Setiap hari diambil darah dari ekor mencit, dibuat apusan tipis dan dilakukan pewarnaan dengan Giemsa 10%, kemudian dilakukan perhitungan diferensial leukosit. Nilai rata-rata persentase diferensial leukosit diolah menggunakan uji ANOVA dan perbedaan hasil persentase pada masing-masing kelompok diketahui dengan menggunakan uji Duncan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pada kelompok EAa dan EAd mengalami penurunan persentase neutrofil dan meningkatkan persentase limfosit pada hari ke 6 setelah infeksi. Persentase monosit, eosinofil dan basofil tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengobatan ekstrak air bidara laut dan DHF berpotensi sebagai obat antimalaria dengan menurunkan tingkat parasitemia dan meningkatkan persentase limfosit.</p> Muhammad Nurridho Wahid Umi Cahyaningsih Arifin Nugraha Copyright (c) 2024 Muhammad Nurridho Wahid, Umi Cahyaningsih, Arifin Nugraha https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-26 2024-06-26 2 1 35 42 10.29244/jvetbiomed.2.1.35-42. Ekstrak Herba Seledri (Apium Graveolens L.) (Microwave-Assisted Extraction) Sebagai Antipiretik Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Demam Dengan Vaksin Dpt-Hb-Hib https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/54640 <p style="font-weight: 400;">Seledri (Apium graveolens L) mengandung flavonoid, suatu senyawa yang dilaporkan mempunyai efek antiinflamasi melalui mekanisme inhibisi terhadap cyclo oxidase yakni suatu enzim yang berperan penting dalam proses demam terkait peradangan. Flavonoid mempunyai kelarutan yang baik dalam pelarut polar seperti alkohol. Dengan mempertimbangkan Microwave-Assisted Extraction merupakan salah satu cara penarikan flavonoid yang lebih baik dibandingkan dengan maserasi konvensional, penelitian ini dilakukan untuk menetapkan efektivitas ekstrak etanol 70% herba seledri hasil dari MAE sebagai antipiretik pada mencit yang diinduksi vaksin DPT-HB-HIB. Penelitian dilakukan pada 25 ekor mencit yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yakni kelompok yang diberi CMC Na 0,5 % sebagai kontrol negatif, paracetamol 1,82 mg/20 g BB sebagai kontrol positif dan ekstrak herba seledri dosis 2, 4, dan 6 mg/20 g BB sebagai kelompok perlakuan. Sediaan diberikan peroral pada mencit yang mengalami demam setelah divaksin dengan DPT. Pengukuran suhu tubuh dilakukan sebelum dan sesudah di vaksin DPT dan setiap 15 menit sekali selama perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak herba seledri dapat menurunkan suhu tubuh mencit. Efek terbaik terjadi pada dosis 6 mg/20 g BB dan efeknya setara dengan kontrol positif. Sedangkan onset paling cepat terjadi pada menit ke-30 pada dosis 4 mg/20 gBB. Dengan demikian ekstrak herba seledri hasil MAE potensial sebagai antipiretik.</p> Min Rahminiwati Lusi Indriani Tiyan Hidayanti Copyright (c) 2024 Min Rahminiwati, Lusi Indriani, Tiyan Hidayanti https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-26 2024-06-26 2 1 48 55 10.29244/jvetbiomed.2.1.48-55. Sitotoksisitas Ekstrak Cabe Merah Keriting (Capsicum annum) Terhadap Hela Cell Lines https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/54934 <p>Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol sel terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek sitotoksik dan nilai IC50 dari esktrak Capsium annuum pada cell line HeLa sebagai salah satu sel uji untuk kanker serviks. Uji aktivitas sitotoksik ekstrak Capsicum annuum dilakukan dengan memberikan 5 seri konsentrasi bahan uji yaitu 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, dan 400 μg/ml pada HeLa cell lines yang kemudian diinkubasikan selama 24 jam. Penghitungan sel dilakukan setelah pemberian MTT dan SDS stopper. Persentase inhibisi yang dihasilkan dari masing-masing konsentrasi sampel uji secara berturut-turut adalah 17,98%, 23,88%, 32,64%, dan 45,62%. Ekstrak Capsicum annuum mempunyai nilai IC50 sebesar 1,098 μg/mL. Berdasarkan data dari National Cancer Institute nilai IC50 dari Capsicum annuum terhadap HeLa cell lines termasuk dalam kategori sitotoksisitas lemah. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak Capsicum annuum tidak bersifat sitotoksik terhadap HeLa cell lines.</p> Amaq Fadholly Copyright (c) 2024 Amaq Fadholly https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-26 2024-06-26 2 1 56 60 10.29244/jvetbiomed.2.1.56-60. Studi Kasus: Terapi Prostatitis Disertai Urolithiasis pada Anjing Lokal https://jai.ipb.ac.id/index.php/jvetbiomed/article/view/54176 <p>Prostatitis pada anjing dapat disertai dengan urolithiasis. Keduanya dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang masuk melalui saluran kemih. Anjing bernama Momo yang merupakan pasien RSHP IPB University datang dengan keluhan stranguria, hematuria, muntah, dan susah makan di malam sebelumnya. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ultrasonography (USG). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Momo menderita urolithiasis disertai prostatitis. Sediaan Cefixime, Batugin® Elixir, Meloxicam, Glucosamine, Asam Traneksamat, dan pakan Royal Canin Urinary® diberikan sebagai penanganan. Kumpulan sediaan tersebut diberikan dalam rangka terapi kausatif dan simptomatik dari kasus urolithiasis disertai prostatitis.</p> Fariz Arrachman Diaz Rio Dwi Haryadi Nurdiansyah Salma Safitri Bachmid Anis Arifatu Mufida Ng U May Rini Madyastuti Purwono Arni Diana Fitri Novericko Ginger Budiono Bayu Febram Prasetyo Lina Noviyanti Sutardi Rahma Anisa Copyright (c) 2024 Fariz Arrachman Diaz, Rio Dwi Haryadi Nurdiansyah, Salma Safitri Bachmid, Anis Arifatu Mufida, Ng U May, Rini Madyastuti Purwono, Arni Diana Fitri, Novericko Ginger Budiono, Bayu Febram Prasetyo, Lina Noviyanti Sutardi, Rahma Anisa https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-26 2024-06-26 2 1 43 47 10.29244/jvetbiomed.2.1.43-47.