https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/issue/feed Buletin Agrohorti 2023-04-01T17:05:09+07:00 Juang Gema Kartika buletinagrohorti@gmail.com Open Journal Systems <p style="color: #660000; text-align: justify;"><input style="float: left; margin-left: 10px; margin-right: 10px;" alt="" src="/public/site/images/adminbulagron/Small_COVER_BARU_border_shadow.jpg" type="image"></p> <p style="color: #660000; text-align: justify;">The Agrohorti Bulletin is a non-accredited national journal. Publish three times a year in January, May and September and containing 16 articles. Starting in 2018 (Volume 6), the article published was added to 16 articles per edition.</p> <p style="color: #660000; text-align: justify;">The Agrohorti Bulletin is limited and can be obtained by contacting the executive editor via email: buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id by replacing the printing costs of Rp. 150,000 excluding shipping costs.</p> https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46575 Pengaruh Panjang Keratan terhadap Keberhasilan Cangkok Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr 2023-04-01T17:01:22+07:00 Antik Siti Latifah buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Slamet Susanto slmtsanto@gmail.com Dhika Prita Hapsari buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr.) sangat potensial untuk dikembangakan karena memiliki karateristik yang khas. Pamelo (Citrus maxima) merupakan salah satu tanaman buah yang dapat diperbanyak dengan perbanyakan vegetatif cangkok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh panjang keratan terhadap keberhasilan cangkok dan memperoleh informasi mengenai panjang keratan optimal dalam mencangkok tanaman jeruk pamelo. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dan Laboratorium Pasca Panen IPB dari Februari hingga Juni 2022. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal pengaruh panjang keratan diantaranya 1,5 cm, 3 cm, 4,5 cm, dan 6 cm. Hasil percobaan menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan pada variabel pengamatan jumlah daun muda cangkok, luas daun total cangkok, tingkat kehijauan daun, bobot basah akar, panjang akar rata-rata, dan jumlah tunas setelah pindah tanam. Panjang keratan 6 cm menunjukkan nilai beberapa parameter pengamatan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnnya, walaupun demikian secara umum pada kenyataannya panjang keratan 1,5 cm, 3 cm, 4,5 cm, dan 6 cm merupakan panjang keratan yang cukup optimal karena menghasilkan persentase hidup yang tinggi, baik saat masih berada pada pohon induk maupun setelah ditanam ke dalam polibag.</p> <p>Kata kunci: perbanyakan, vegetatif, akar, daun, rutaceae</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46573 Seleksi in Vitro Batang Bawah Jeruk Japansche Citroen pada Kondisi Cekaman Kekeringan 2023-04-01T17:02:02+07:00 Nyssa Azaria Dewani buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Megayani Sri Rahayu megayanisri@yahoo.com <p>Varietas batang bawah jeruk diharapkan dapat beradaptasi dengan baik dalam berbagai kondisi cekaman lingkungan. Seleksi <em>in vitro</em> menggunakan polietilen glikol (PEG) dapat digunakan untuk memperoleh individu dengan toleran terhadap kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan PEG sebagai agen penyeleksi terhadap pertumbuhan jeruk varietas Japansche Citroen pada kondisi cekaman kekeringan secara <em>in vitro</em>. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 1, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Desember 2019 hingga Februari 2021. Penelitian ini menggunakan metode rancangan kelompok lengkap teracak faktor tunggal yaitu konsentrasi PEG dengan empat taraf: 0%, 5%, 10%, dan 15%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah daun, jumlah akar, dan tinggi eksplan batang bawah jeruk menurun sebagai respon terhadap penambahan <br>5–15% PEG. PEG tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kontaminasi, persentase hidup eksplan, dan panjang akar.</p> <p>Kata kunci: fitotoksik, kontaminasi, polietilen glikol </p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46591 Kajian Jumlah Benih Per Lubang Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata. Sturt) 2023-04-01T16:52:57+07:00 Savirha Regyta buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Arya Widura Ritonga aryawidura@yahoo.com Okti Syah Isyani Permatasari buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Produktivitas nasional jagung manis masih tergolong rendah dengan potensi hasil yang tidak stabil, sedangkan kebutuhan masyakarat terus meningkat. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui penggunaan varietas unggul dan teknik budidaya yang tepat salah satunya jumlah benih per lubang. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh varietas, jumlah benih per lubang, serta interaksi jumlah benih per lubang dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus hingga November 2021 di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) pola tersarang, dengan petak utama jumlah benih per lubang tanam dan anak petak 8 varietas jagung manis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah benih per lubang berpengaruh nyata terhadap karakter-karakter agronomis seperti, panjang daun, lebar daun, panjang tongkol, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tangkai tongkol, padatan terlarut total, dan produktivitas. Serta terdapat interaksi yang tidak nyata antara pemakaian jumlah benih dan varietas terhadap beberapa karakter yang diamati. Terdapat keragaman yang nyata antar varietas yang diuji pada semua karakter.</p> <p>Kata kunci: interaksi genetik lingkungan, jumlah populasi, kompetisi, produktivitas</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46585 Induksi Proliferasi Tunas Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) melalui Organogenesis dengan Penambahan IAA dan BAP 2023-04-01T16:56:21+07:00 Ratna Trisnawati buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Ni Made Armini Wiendi awindi@ipb.ac.id Agus Purwito buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Bawang Dayak (<em>Eleutherine americana</em> Merr.) merupakan tumbuhan khas Kalimantan Tengah yang digunakan sebagai obat tradisional oleh suku Dayak. Teknologi kultur jaringan dapat digunakan untuk keperluan budidaya Bawang Dayak dalam menghasilkan kualitas benih yang baik dan ketersediaan benih yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan mempelajari respon eksplan mata tunas vegetatif dari umbi Bawang Dayak dengan penambahan IAA dan BAP. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh komposisi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP yang optimal untuk perbanyakan tanaman Bawang Dayak secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan II, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Oktober 2018 sampai Juni 2019. Penelitian ini terdiri dari 3 percobaan terpisah yang masing-masing menggunakan jenis eksplan dan perlakuan berbeda setiap percobaan. Percobaan I, proliferasi tunas aseptic umbi Bawang Dayak. Percobaan II, induksi proliferasi tunas dengan penambahan IAA dan BAP. Percobaan III, induksi tunas dari umbi ex vitro Bawang Dayak. Percobaan I, eksplan ditanam pada media perbanyakan KC2 dan MS13K. Percobaan II dan III.a disusun menggunakan rancangan perlakuan faktorial disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), terdiri dari 2 faktor, yaitu IAA (0.0, 0.5, 1.0, 1.5 mg L<sup>-1</sup>) dan BAP (0.0, 1.0, 2.0, 3.0 mg L<sup>-1</sup>). Percobaan III.b terdiri atas 3 faktor, yaitu IAA (0.0, 0.5, 1.0, 1.5 mg L<sup>-1</sup>), BAP (0.0, 1.0, 2.0, 3.0 mg L<sup>-1</sup>), dan GA3 (0.0, 1.0, 2.0, 3.0, 4.0 mg L<sup>-1</sup>). Media perlakuan KC2 memiliki rataan jumlah tunas lebih tinggi sebesar 1.93 tunas per eksplan dibandingkan dengan media MS13K sebesar 1.42 tunas per eksplan. Media perlakuan IAA 1.0 mg L<sup>-1</sup> dan media perlakuan BAP 3.0 mg L<sup>-1</sup> berpengaruh sangat nyata dalam pembentukan tunas sebesar 6.5 tunas per eksplan. Subkultur kedua, media perlakuan IAA 1.5 mg L<sup>-1</sup> berpengaruh sangat nyata dalam pembentukan tunas sebesar 3.3 tunas per eksplan. Media perlakuan IAA 1.5 mg L<sup>-1</sup> + BAP 3.0 mg L<sup>-1</sup> berpengaruh sangat nyata dalam pembentukan daun sebesar 5.7 daun per eksplan dibandingkan dengan media perlakuan yang lain.</p> <p>Kata kunci: <em>Benzil Amino Purin</em>, eksplan, <em>Indole Acetic Acid</em>, <em>in vitro</em></p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46576 Identifikasi Karakter Agronomi dan Fisiologi Daun Beberapa Genotipe Mutan Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) 2023-04-01T17:00:42+07:00 Wening Kusuma Wardani buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Nurul Khumaida buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Diny Dinarti dinyagh@apps.ac.id <p>Indonesia telah menjadikan daun ubi kayu sebagai salah satu sayur pilihan dalam konsumsi sehari-hari. Hal ini menjadikan peningkatan kualitas dan kuantitas daun ubi kayu perlu dilakukan. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB telah memiliki beberapa genotype ubi kayu mutan stabil hasil iradiasi sinar gamma berpotensi sebagai varietas baru ubi kayu penghasil daun untuk sayuran. Tujuan percobaan adalah untuk mempelajari karakter agronomi dan fisiologi daun beberapa genotipe ubi kayu serta mempelajari korelasi antara tingkat hijau daun dengan hasil klorofil meter SPAD (<em>Soil Plant Analysis Development</em>). Penelitian menggunakan rancangan deskriptif dimana tidak ada rancangan lingkungan dan rancangan percobaan. Penilitian dilakukan dengan mengamati tinggi tanaman, lebar tanaman, indeks luad daun (ILD) daun ke-5, jumlah cabang dan tingkat hijau daun pada 35 genotipe yang berasal dari 6 tetua di lahan koleksi genotipe mutan ubi kayu. Hasil pengamatan kemudian diolah dengan menggunakan <em>scatter plot </em>untuk mengelompokkan genotipe unggul. Genotipe yang dinilai unggul adalah G2D12223 (tanaman asal Ratim), G3D2413 (tanaman asal UJ-5), G21533 dan G31515D (tanaman asal Gajah). Keempat genotipe kemudian diuji kandungan klorofil untuk melihat pengaruh genotipe pada klorofil dan korelasi antara tingkat hijau daun pengukuran lapangan dengan kandungan klorofil hasil uji laboratorium. Hasil uji anova dan uji lanjut menunjukkan bahwa genotipe memberikan pengaruh pada tingkat hijau daun, klorofil b, rasio klorofil a:b dan karoten. Genotipe yang dinilai unggul berdasarkan hasil tersebut adalah G31515D untuk semua karakter kecuali rasio klorofil a:b. Genotipe yang unggul dalam karakter rasio klorofil a:b adalah G21533. Hasil uji korelasi menunjukkan tingkat hijau daun berkorelasi nyata dengan total klorofil, klorofil a, klorofil b, rasio klorofil a:b dan karoten, sedangkan antosianin tidak berkorelasi dengan semua karakter uji lainnya.</p> <p>Kata kunci: <em>cassava</em>, dikotil, genotipe, karoten, klorofil </p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46582 Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan di Kebun Petapahan, Kampar, Riau 2023-04-01T16:57:00+07:00 Afifuddin buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Hariyadi hariyadiipb@gmail.com Suwarto wrtskm@yahoo.com <p>Kelapa sawit (<em>Elaeis guineensis</em> Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan minyak nabati. Salah satu faktor terpenting dalam pemeliharaan kelapa sawit adalah pemupukan untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2021 di Kebun Petapahan PT Peputra Masterindo, Kampar, Riau. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit di Kebun Petapahan. Pengamatan aspek khusus dilakukan terhadap manajemen pemupukan di lapangan berdasarkan 5 prinsip tepat (tepat jenis, tepat takaran, tepat tempat, tepat waktu, dan tepat cara aplikasi) dan gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit. Hasil pengamatan terhadap prinsip 5T menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan di Kebun Petapahan sudah sesuai dengan rekomendasi perusahaan dengan ketepatan 100%. Ketepatan dosis pupuk Borate adalah 97.78%. Ketepatan pemupukan cukup baik dengan persentase rata-rata 91.11%. Akurasi penempatan pada pupuk KCL sebesar 152.81 cm. Namun pada prinsipnya ketepatan takaran pupuk KCL masih dibawah standar aplikasi perkebunan yaitu 90.56%. Sedangkan pada pengamatan ketepatan waktu aplikasi pupuk Urea, Rock phosphate, dan Dolomit masih belum sesuai dengan waktu aplikasi yang direkomendasikan. Defisiensi unsur hara menunjukkan bahwa di Kebun Petapahan terdapat 12% tanaman yang mengalami gejala defisiensi unsur hara Kalium (K).</p> <p>Kata kunci: defisiensi hara, pupuk, rekomendasi, tepat pemupukan</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46618 Pengemasan Bibit Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) Hasil Kultur Jaringan untuk Mempertahankan Mutu Selama Transportasi 2023-04-01T16:51:02+07:00 Chandra Wijaya buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Muhammad Rahmad Suhartanto tantosuhartanto63@gmail.com Sobir buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Kendala dari pendistribusian bibit nanas ke berbagai daerah di Indonesia adalah jarak yang cukup jauh dan banyak wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Transportasi bibit jarak jauh idealnya memerlukan teknik pengemasan yang dapat menjaga mutu bibit, praktis, ringan, dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan mempelajari teknologi pengemasan bibit nanas hasil kultur jaringan untuk mempertahankan mutu selama periode transportasi. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor, yaitu jenis media dan kemasan. Faktor pertama adalah jenis media dengan taraf perlakuan tanpa <em>cocopeat</em>, <em>cocopeat </em>50 g + 100 ml air + fungisida Mankozeb 80%, <em>cocopeat </em>100 g + 200 ml air + fungisida Mankozeb 80%, sedangkan faktor kedua adalah kemasan dengan taraf perlakuan strimin rangkap satu, strimin rangkap dua, dan strimin rangkap tiga. Periode transportasi dilakukan sebanyak dua kali (pulang-pergi) dengan rute Bogor-Solo-Bogor selama 252 jam 33 menit dengan 135 jam 20 menit dalam kendaraan menggunakan jasa ekspedisi (non stasioner) dan 117 jam 11 menit dalam ruangan (stasioner). Pengemasan bibit nanas menggunakan strimin, media <em>cocopeat, </em>maupun tanpa <em>cocopeat</em> mampu mempertahankan mutu bibit selama proses transportasi. Semua perlakuan mampu mempertahankan bobot bibit dengan baik dengan nilai persentase susut bobot bibit perkemasan yang rendah. Dalam aplikasinya, pengiriman tanpa <em>cocopeat</em> merupakan metode terbaik dalam segi efisiensi pengiriman karena memiliki total bobot perkemasan lebih rendah dibandingkan kemasan dengan <em>cocopeat</em> 50 g dan 100 g. Semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap penurunan kandungan klorofil daun. Penggunaan kain strimin yang lebih tebal mampu meminimalisasi intensitas kerusakan bibit. Kombinasi <em>cocopeat </em>dan lapis strimin selama transportasi diduga mampu mempercepat proses pemulihan pertumbuhan kembali bibit nanas.</p> <p>Kata kunci:&nbsp; <em>cocopeat</em>, fungisida, klorofil, strimin, vigor&nbsp;&nbsp;</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46616 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Varietas Numbu dengan Pemupukan Organik yang Berbeda 2023-04-01T16:52:17+07:00 Rina Kurniasari buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Suwarto warto_skm@apps.ipb.ac.id Eko Sulistyono pengeloaanair@yahoo.com <p>Sorgum merupakan komoditas pangan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Peningkatan produktivitas sorgum dapat dilakukan dengan penerapan budidaya yang baik, salah satunya pemupukan. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pupuk kandang dan pupuk tambahan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum varietas Numbu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Juli 2019 di Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, Laboratorium Pengujian, dan Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial. Faktor pertama yaitu pemberian pupuk kandang (0 ton ha<sup>-1</sup>, 10 ton ha<sup>-1</sup>) dan faktor kedua yaitu jenis pupuk tambahan (tanpa pupuk tambahan, pupuk hayati, pupuk organik cair). Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha<sup>-1</sup> nyata meningkatkan karakter pertumbuhan tanaman sorgum yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, umur panen, bobot brangkasan kering per tanaman, dan komponen hasil berupa bobot 1,000 butir biji kering. Pemberian pupuk tambahan baik pupuk hayati maupun pupuk organik cair tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi sorgum. Produktivitas sorgum dengan pemberian pupuk kandang 3.74 ton ha<sup>-1</sup>, tanpa pupuk kandang sebesar 3.30 ton ha<sup>-1</sup>.</p> <p>Kata kunci: pupuk hayati, pupuk kandang, pupuk organik cair</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46577 Manajemen Panen dan Pasca Panen Edible Flower di Cidadap, Kota Bandung 2023-04-01T16:59:58+07:00 Muhammad Reza Zakie buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Diny Dinarti dinyagh@apps.ac.id Agus Purwito buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Kegiatan penelitian telah dilaksanakan di Kecamatan Cidadap, Kota Bandung dari 27 Januari hingga 25 Mei 2019. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui permasalahan panen dan pasca panen <em>edible flower</em> di perusahaan dan dapat menemukan cara penanganan pasca panen yang baik. <em>E</em><em>dible flower</em> memerlukan aspek pasca panen yang tepat agar tetap terjaga kesegaran dan penampilan bunga hingga sampai di tangan konsumen. Aspek teknis yang dilakukan adalah pemasangan instalasi NFT, pembuatan media tanam, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Aspek yang dipelajari bagian pengemasan akhir <em>edible flower. </em>Pengujian daya simpan pada tiga jenis <em>edible flower</em> Pansy (<em>Viola x wittrockiana)</em>, Viola (<em>Viola tricolor</em>), dan Dianthus (<em>Dianthus caryophillus</em>) pada suhu 10 ℃ dan 20 ℃. Ketiga jenis bunga ini dapat mempertahankan kualitas hingga tujuh hari di penyimpanan suhu 10 ℃ hari dibanding dengan suhu 20 ℃ yang hanya bertahan hingga hari ketiga setelah panen.</p> <p>Kata kunci : hidroponik NFT, kualitas <em>edible flowers</em>, penyimpanan</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46579 Uji Daya Hasil 18 Galur Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Hasil Seleksi IPB Di Cianjur, Jawa Barat 2023-04-01T16:58:20+07:00 Safitri Nuraina buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo yudiwantiwahyu@yahoo.com Heni Purnamawati h_purnama@apps.ipb.ac.id <p><strong><em>&nbsp;&nbsp; </em></strong>Pengujian daya hasil galur-galur hasil seleksi merupakan salah satu tahap dalam perakitan varietas unggul. Penelitian bertujuan mempelajari daya hasil 18 galur kacang tanah (<em>Arachis hypogaea </em>L.) generasi F8 hasil seleksi IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai April 2020 di lahan pertanian Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada ketinggian 600 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor tunggal dengan 18 galur uji dan 3 varietas pembanding. Berdasarkan hasil penelitian, daya hasil 18 galur kacang tanah generasi F8 hasil seleksi IPB menunjukkan terdapat beberapa karakter yang memiliki daya hasil nyata lebih tinggi dari varietas pembanding. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata antar galur pada beberapa karakter percobaan. Galur yang memiliki daya hasil tinggi yaitu G33, G41, G53, G99, G100, G133, G142, G205, G209, dan G234.</p> <p>Kata kunci: galur, karakter, koefisien, seleksi </p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46590 Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Pisang dan Daun Kelor ke dalam media terhadap Pertumbuhan Embrio Kelapa (Cocos nucifera L.) secara In Vitro 2023-04-01T16:53:45+07:00 Setia Kurniawan buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Megayani Sri Rahayu megayanisri@yahoo.com <p>Kelapa merupakan komoditas penting di Indonesia maupun di dunia Internasional. Perbanyakan kelapa dapat dilakukan dengan pembiakan melalui metode kultur jaringan<em>.</em> Kultur embrio merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam kultur jaringan. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh penambahan ekstrak buah pisang dan daun kelor ke dalam media untuk perkecambahan kelapa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan 5 perlakuan, yaitu kontrol, penambahan ekstrak buah pisang 100 g L<sup>-1</sup>, ekstrak buah pisang 150 g L<sup>-1</sup>, ekstrak daun kelor 10 ml L<sup>-1</sup>, dan ekstrak daun kelor 20 ml L<sup>-1</sup>. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan kontrol memiliki hasil daya berkacambah paling tinggi namun tidak berbeda nyata terhadap waktu tumbuh dibanding perlakuan lainnya. Eksplan yang menghasilkan persentase akar dan plumula paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol namun tidak berbeda nyata dibanding pemberian ekstrak daun kelor 10 ml L<sup>-1</sup>. Pemberian ekstrak buah pisang ambon 100 g L<sup>-1</sup> dan 150 g L<sup>-1</sup> mengalami tingkat kematian dan <em>browning </em>paling tinggi. Pemberian ekstrak daun kelor 10 ml L<sup>-1</sup> memiliki persentase panjang plumula paling tinggi pada 12 MST namun tidak berbeda nyata dibanding perlakuan kontrol dan pemberian ekstrak daun kelor 20 ml L<sup>-1</sup>.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kata kunci: cendawan, kultur embrio, kultur jaringan</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46586 Efisiensi Penggunaan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Kailan (Brassica oleracea L.) dengan Hidroponik Sistem Sumbu 2023-04-01T16:55:43+07:00 I Gusti Ngurah Galang Aditya buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Ni Made Armini Wiendi awindi@ipb.ac.id Juang Gema Kartika buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Teknik hidroponik sistem sumbu sangat cocok dikembangkan dan diusahakan terutama di kota-kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi jenis pupuk majemuk dan konsentrasi <em>electrical conductivity </em>(EC) terhadap pertumbuhan dan produksi <em>baby </em>kailan varietas Nova dengan hidroponik sistem sumbu. Percobaan ini dilaksanakan di <em>greenhouse </em>Kebun Percobaan Cikabayan dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, pada bulan Agustus 2017 sampai Oktober 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama yaitu jenis pupuk majemuk (AB Mix, Growmore, dan Gandasil D) dan faktor kedua yaitu konsentrasi EC (1.5 mS cm<sup>-1</sup>; 2.0 mS cm<sup>-1</sup>; dan 2.5 mS cm<sup>-1</sup>). Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 1.5 mS cm<sup>-1</sup> pada budidaya <em>baby </em>kailan dengan hidroponik sistem sumbu menghasilkan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun pada 3 MST, panjang tangkai daun pada 2 dan 3 MST, dan panjang daun pada 1 MST yang nyata lebih tinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Pupuk AB Mix dan konsentrasi EC 1.5 mS cm<sup>-1</sup> merupakan perlakuan terbaik untuk budidaya <em>baby </em>kailan dengan hidroponik sistem sumbu.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kata kunci: <em>baby </em>kailan, <em>electrical conductivity</em>, hidroponik sistem sumbu, pupuk majemuk</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46578 Perlakuan Hidrasi-Dehidrasi terhadap Vigor Dua Lot Benih Kacang Bambara (Vigna subterranean L. Verdc.) 2023-04-01T16:59:11+07:00 Tiarlinda Situmorang buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Abdul Qadir abdulqodir_benih@yahoo.co.id Maryati Sari buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Ketersediaan benih yang berkualitas merupakan hal yang penting dalam peningkatan produktivitas kacang Bambara, namun terdapat kendala dalam proses penyediannya salah satunya yaitu deteriorasi (kemunduran) pada benih yang telah mengalami penyimpanan. Hidrasi-dehidrasi merupakan salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan vigor dan viabilitas benih. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidrasi-dehidrasi sebagai perlakuan invigorasi terhadap vigor dan viabilitas dua lot benih kacang bambara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2019 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikutura, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdir atas 2 faktor. Faktor pertama yaitu benih bambara lanras Tasikmalaya yang terdiri atas 2 taraf. Taraf pertama yaitu lot 1 dipanen Maret 2019, lot 2 dipanen Oktober 2017. Faktor kedua yaitu hidrasi-dehidrasi terdiri atas 5 taraf, yaitu kontrol, perendaman dalam air selama 12 jam lalu dikeringkan 4 jam pada suhu 28-30 <sup>o</sup>C, perendaman dalam air selama 12 jam lalu dikeringkan 4 jam pada suhu 38-40 <sup>o</sup>C, perendaman dalam air selama 12 jam+aerator lalu dikeringkan 4 jam pada suhu 28–30 <sup>o</sup>C, perendaman dalam air selama 12 jam+aerator lalu dikeringkan 4 jam pada suhu 38-40 <sup>o</sup>C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hidrasi-dehidrasi mampu memperbaiki vigor benih secara nyata yang ditunjukkan oleh indeks vigor yang meningkat dari 2% menjadi 27% dan kecepatan tumbuh meningkat dari 9% KN etmal<sup>-1</sup> menjadi 11% KN etmal<sup>-1</sup>pada taraf perlakuan perendaman dalam air selama 12 jam lalu dikeringkan 4 jam dengan suhu 38-40 <sup>o</sup>C.</p> <p>Kata kunci: kemunduran, perendaman, bermutu, deteriorasi benih, aerator</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46589 Pengaruh Pemangkasan Daun terhadap Produktivitas Tiga Varietas Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) 2023-04-01T16:54:27+07:00 Thresna Suci Riyandhini buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Heni Purnamawati henipurnama@yahoo.com Juang Gema Kartika buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id <p>Pemangkasan daun menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kacang tunggak. Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu terbaik pemangkasan daun dalam memperoleh produktivitas paling optimal. Penelitian dilaksanakan di Desa Tangkil, Kecamatan Citeureup, Bogor, dari bulan April hingga Juli 2017. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan dua faktor yaitu varietas (petak utama) dan waktu pemangkasan (anak petak) yang disusun pada petak terbagi (<em>split plot</em>) dengan empat ulangan. Petak utama adalah tiga varietas tanaman kacang tunggak, yaitu KT-2, KT-6, dan KT-8. Anak petak adalah waktu pemangkasan daun, yaitu 4 MST (minggu setelah tanam), 6 MST, 8 MST, dan 10 MST. Hasil penelitian menunjukkan pemangkasan daun berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah polong, bobot kering polong, dan bobot biji kacang tunggak. Komponen hasil paling optimal didapatkan pada tanaman dengan perlakuan pemangkasan tua, yaitu minggu ke 8 dan 10. Pemangkasan minggu ke 8 menunjukkan hasil paling optimal dalam peubah umur berbunga, jumlah tandan bunga, jumlah bunga, jumlah polong, bobot kering polong, dan bobot biji. Pemangkasan pada minggu ke 10 menunjukkan hasil paling optimal dalam peubah jumlah daun, bobot 100 biji, dan indeks panen. Varietas KT-8 menunjukkan hasil paling optimal pada peubah jumlah daun, jumlah tandan bunga, jumlah bunga, jumlah polong, bobot kering polong, bobot biji, dan indeks panen. &nbsp;&nbsp;</p> <p>Kata kunci: indeks panen, <em>split plot</em>, optimal, jumlah tandan bunga, bobot 100 biji</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46587 Potensi Ekstrak Daun Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms-Laub.) sebagai Bioherbisida untuk Mengendalikan Gulma pada Padi Sawah 2023-04-01T17:05:09+07:00 Wahyu Utomo buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Dwi Guntoro dwiguntoro@yahoo.com <p>Biomassa gulma eceng gondok (<em>Eichhornia crassipes</em>) mengandung zat allelopati yang dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak eceng gondok sebagai bioherbisida untuk mengendalikan gulma pada padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada November 2016 hingga Agustus 2017 di Kebun Percobaan Cikabayan dan Laboratorium <em>Ecotoxicology Waste and Bioagents</em>, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.&nbsp; Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor, dan empat ulangan.&nbsp; Perlakuan konsentrasi ekstrak yang diuji yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% (bobot/volume). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol biomass eceng gondok dapat menekan pertumbuhan gulma spesies <em>Echinochloa colonum, Ludwigia octovalvis, </em>dan <em>Fimbristylis miliacea</em>. Konsentrasi ekstrak 25% memperlihatkan penekanan pertumbuhan gulma uji yang tertinggi. Gejala kerusakan gulma yang ditimbulkan yaitu klorosis dan nekrosis.</p> <p>Kata kunci: alelopati, klorosis, methanol</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti https://jai.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46580 Perbandingan Pemetikan Secara Manual dan Mesin Terhadap Hasil Produksi Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Kebun Wonosari, Malang, Jawa Timur 2023-04-01T16:57:43+07:00 Sintia Octaviani buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id Hariyadi hariyadiipb@gmail.com Suwarto wrtskm@yahoo.com <p>Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - April 2021 di Kebun Wonosari, Malang, Jawa Timur. Kegiatan penelitian bertujuan untuk mengevaluasi metode pemetikan manual dan mesin pada hasil dan kualitas teh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi bidang petik dan diameter bidang petik semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur setelah pangkas. Tinggi dan diameter bidang petik sudah sesuai dengan tinggi dan diameter yang ideal untuk tanaman teh. Potensi pucuk dengan mutu yang baik (pucuk peko) lebih banyak terdapat pada areal pemetikan manual dibanding areal pemetikan mesin. Gilir petik pada pemetikan manual lebih cepat dibanding gilir petik pada pemetikan mesin. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh umur pemetik dan tidak dipengaruhi oleh lama pengalaman kerja, dan gender pemetik. Tenaga petik dilapang pada kedua metode masih kurang jika dilihat dari hasil perhitungan. Analisis petik dan analisis pucuk belum memenuhi standar perusahaan, sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil pemetikan sesuai dengan standar perusahaan.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kata kunci: gilir petik, keterampilan, kualitas pucuk, potensi pucuk, umur pemetik</p> 2023-01-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti