https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/issue/feed Acta VETERINARIA Indonesiana 2024-04-01T14:28:57+07:00 Ridi Arif acta.vet.indones@gmail.com Open Journal Systems <p class="MsoNormal"><strong><img src="/public/site/images/adminactavet/Picture1.png" alt="" align="left">Acta VETERINARIA Indonesiana . Acta Vet Indones .&nbsp;The Indonesian Veterinary Journal</strong> is an open access, peer-reviewed, online journal that publishes articles in the form of research, reviews, case studies, and short communications relating to various aspects of science in veterinary, biomedical, animal husbandry, biotechnology, and biodiversity of fauna. Articles are written in Indonesian or English. Acta VETERINARIA Indonesiana is published by the Faculty of Veterinary Medicine of the Bogor Agricultural University (FKH IPB) in collaboration with the Indonesia Veterinary Medical Association (PDHI). This journal is published since 2013, published 3 (three) times in 1 (one) year, i.e. in March, November, and July. P-ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373, Accreditation of "SINTA 2" Kemenristekdikti No. 148 / M / KPT / 2020</p> https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/48232 The Detection of Resistant Escherichia coli Isolated From Cats In Dukuh Kupang Sub-District, Surabaya 2024-04-01T10:21:26+07:00 Freshinta Jellia Wibisono freshinta.uwks@gmail.com Roeswandono Wirjaatmadja atmajaros@gmail.com Adhitya Yoppy Ro Candra adhityayoppy@gmail.com Reina Puspita Rahmaniar puspitareina@gmail.com Rizkika Amalia Trirahayu rizkikaamalia22@gmail.com Dinda Prisilya Diningrum prisilyadiningrum@gmail.com Vinsensius Rianto vinsensiusrianto54@gmail.com Irfan Alias Kendek irfankendek02@gmail.com <p>Antimicrobial resistance is a global issue that has become the center of world attention. Transmission to humans through pets is important to be aware of. This research was conducted to determine the presence of antimicrobial resistance in Escherichia coli bacteria in cats. A total of 60 swab samples were taken, consisting of 30 stray cats samples and 30 domestic cats samples. Samples were tested at the Veterinary Health Laboratory, Faculty of Veterinary Medicine, Wijaya Kusuma University, Surabaya. The samples were then isolated and identified using differential selective media Eosin Methylene Blue Agar. Escherichia coli isolates were then subjected to a sensitivity test to determine resistance to the antibiotics ampicillin, tetracycline and streptomycin. The results showed that 83% of the samples contained Escherichia coli bacteria in cats, with 16% antibiotic resistance to the antibiotic ampicillin, 19% in stray cats, and 12% in domestic cats. Resistance to tetracycline antibiotics shows 12%, where stray cats are 15%, and domestic cats are 8%. Meanwhile resistance to the antibiotic streptomycin showed 4% (2/50), with resistance in stray cats 8% and in domestic cats no resistance was found (0%). Cats, as animals that have a close relationship with human life, can be a factor in transmitting antimicrobial resistance, this is an early precaution as a measure to prevent the transmission of antimicrobial resistance to humans.</p> 2024-03-30T12:03:41+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/47406 Aktivitas Gastroprotektif Infusa Serai Wangi terhadap Gastritis Akut pada Tikus Sprague dawley 2024-04-01T11:02:11+07:00 Avida Shahnaz Nabilah avidashahnaz15@gmail.com Ekowati Handharyani ekowatieko@apps.ipb.ac.id Lina Noviyanti Sutardi linans@apps.ipb.ac.id Aulia Andi Mustika auliaandi@apps.ipb.ac.id <p>Gastritis merupakan suatu kondisi peradangan pada lapisan mukosa. Serai wangi (Cymbopogon nardus) merupakan suatu tanaman yang umum digunakan untuk mengobati banyak penyakit, salah satunya gangguan digesti. Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas gastroprotektif dari infusa serai wangi pada tikus Sprague Dawley yang diinduksi gastritis dengan campuran etanol dan HCl. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok dan dipuasakan selama 18 jam. Semua tikus lalu diberikan perlakuan: air (kelompok HCl/etanol), omeprazole (kelompok omeprazole), infusa serai wangi 20% (P1), dan infusa serai wangi 40% (P2). Setelah 90 menit, keempat kelompok tikus diberikan campuran HCl dan etanol secara per oral menggunakan sonde lalu dieutanasia 90 menit kemudian. Organ lambung lalu dikoleksi untuk pengukuran pH cairan lambung serta analisis makroskopis dan mikroskopis. Hasil uji penapisan fitokimia menunjukkan bahwa infusa serai wangi yang didapat mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Nilai pH dan skor kerusakan mukosa lambung pada kelompok P1 dan P2 masing-masing lebih tinggi dan lebih rendah serta berbeda secara signifikan (P&lt;0.05) jika dibandingkan dengan kelompok HCl/etanol. Pengamatan makroskopis dan mikroskopis mukosa lambung tikus juga menunjukkan bahwa P1 dan P2 mengalami penurunan lesio pada mukosa lambung. Temuan-temuan tersebut mengkonfirmasi aktivitas gastroprotektif yang dimiliki oleh infusa serai wangi. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada peubah antara P1 dan P2.</p> 2024-03-30T12:48:59+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/47374 Escherichia coli Penghasil Extended-spectrum Β-Lactamases yang Diisolasi pada Peternakan Broiler-Ikan Terintegrasi 2024-04-01T11:03:08+07:00 Aditya Gilang Prasaja aditya19006@mail.unpad.ac.id Eka Wulandari eka.wulandari@unpad.ac.id Trianing Tyas Kusuma Anggaeni trianing.tyas@mail.unpad.ac.id Eddy Sukmawinata eddy.sukmawinata@brin.go.id <p>Extended-spectrum β-lactamases (ESBL) adalah sekelompok enzim yang diproduksi oleh bakteri untuk dapat resisten terhadap antibiotika termasuk sefalosporin generasi ketiga yang menjadi masalah kesehatan baik pada hewan dan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan bakteri Escherichia coli penghasil ESBL serta profil resistensinya pada komponen lingkungan di sekitar peternakan broiler-ikan terintegrasi. Deteksi E. coli penghasil ESBL dan uji sensitivitas dilakukan dengan uji double disc synergy dan disc diffusion, dan hasil interpretasi mengacu pada The European Committee on Antimicrobial Susceptibility Testing. Sebanyak 19 isolat E. coli penghasil ESBL diisolasi dari sampel swab kloaka, ikan, dan lingkungan pada suatu peternakan broiler-ikan terintegrasi. Secara rinci, E. coli penghasil ESBL terdeteksi pada seluruh sampel sampel air (3/3), sampel ikan (2/2), sampel tanah (1/1), dan 86,7% sampel swab kloaka (13/15). Hasil pengujian kepekaan terhadap antibiotika menunjukkan resistensi terhadap ampisilin (100%), seftriakson (100%), siprofloksasin (68,4%), dan tetrasiklin (42,1%). Selain itu, 8 isolat yang terdiri dari sampel swab (6/13; 46,1%), air (1/3; 33,3%), dan ikan (1/2; 50,0%) teridentifikasi sebagai bakteri multi-drug resistant. Studi ini dapat menggambarkan terjadinya cemaran E. coli penghasil ESBL di lingkungan peternakan broiler-ikan terintegrasi.</p> 2024-03-30T12:52:10+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/47668 Effect of Fenbendazole Treatment Against Oxyuris spp. on Green Iguana (Iguana iguana) 2024-04-01T10:59:37+07:00 shelly kusuma shellykusuma224@ub.ac.id Garvasilus Privantio Tegar Virgiawan Huler virgiawantio@student.ub.ac.id Rafi Dzakir Ghalib rafi_dzakir@student.ub.ac.id Shafa Luvena Pradhantya shafaluvena@student.ub.ac.id Devita Marsya Herina Hapsari devitamarsya@student.ub.ac.id Nofan Rickyawan nofanvet@ub.ac.id Reza Yesica rezayesica@ub.ac.id Nanis Nurhidayah nani016@brin.go.id <p>Infection of Oxyuris spp., a gastrointestinal nematode, has been reported in reptiles around the world, including in the green iguana (Iguana iguana). In most cases, parasite control in reptiles relies on anthelmintics administration. Fenbendazole has been used as the drug of choice for parasite control in reptiles. However, the data of fenbendazole administration for Oxyuris spp. infection on green iguana (Iguana iguana) in Indonesia was absent. We evaluated the effect of fenbendazole administration (dose: 25 mg/kg body weight [BW] for five consecutive days per oral) for natural infection of Oxyuris spp. among thirty-three green iguanas in Malang Raya (Malang District, Malang City, and Batu City). The fecal examination was made through a modified Mc Master technique on the day-0, 7, 14, 21, and 31 post-treatment. The data on management (such as caging, feeding, and health program) conducted by the owners were recorded as well. The result showed that reduction of a hundred percent (100%) of egg per gram (epg) on day-31 post-treatment in all sampled animals. Iguanas were placed in individual and communal cages with daily cleaning and feeding. However, none of the owners arranged health programs such as anthelmintic treatment for their companion reptiles. This study can be used as a recommendation for future control of Oxyuris spp. in green iguanas in Indonesia.</p> 2024-03-30T12:53:55+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/50273 Sitologi Vagina dan Kadar Estradiol pada Hewan Model Hipoestrogenik Kelinci (Oryctolagus cuniculus) 2024-04-01T11:00:54+07:00 Tri Isyani Tungga Dewi isyanitri@apps.ipb.ac.id Deni Noviana deni@apps.ipb.ac.id Bambang Pontjo Priosoeryanto bpontjo@apps.ipb.ac.id Gunanti gunantisoe@apps.ipb.ac.id <p>Pembuatan hewan model hipoestrogenik dapat dilakukan melalui tindakan ovariektomi bilateral. Penentuan hipoestrogenik hewan dapat dilihat melalui sitologi vagina dan kadar estradiol dalam darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sitologi vagina dan kadar estradiol pada pembuatan hewan model hipoestrogenik kelinci (Oryctolagus cuniculus). Penelitian ini menggunakan 8 ekor kelinci betina (Oryctolagus cuniculus) breed New Zealand White, berumur 1 tahun dengan berat badan 3,0 – 3,5 kg. Semua kelinci diberi tindakan ovariektomi bilateral. Parameter pengamatan dilakukan sebanyak enam kali melalui pengambilan sitologi vagina dan pengambilan darah yaitu pada hari ke-0 (sebelum operasi ovariektomi), serta hari ke-7, ke-14, ke-30, ke-60, ke-90 setelah ovariektomi. Pengamatan sitologi vagina untuk melihat jenis sel epitel vagina meliputi sel epitel kecil berinti, sel epitel besar berinti dan sel epitel kornifikasi. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon estradiol dalam darah. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan (software R-Studio). Hasil penelitian menunjukkan hewan model kelinci mengalami kondisi hipoestrogenik mulai hari ke-30 setelah ovariektomi ditandai penurunan kadar estradiol lebih dari 50% dari kadar estradiol sebelum ovariektomi. Gambaran sitologi vagina pada hari ke-30 menunjukkan peningkatan sel epitel berinti berukuran kecil, dan tidak ditemukan sel kornifikasi yang menunjukkan tidak terjadi siklus estrus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan ovariektomi bilateral menghasilkan hewan model hipoestrogenik ditandai dengan penurunan kadar estradiol lebih dari 50 % dan tidak ditemukan sel epitel kornifikasi pada gambaran sitologi vagina.</p> 2024-03-30T12:56:39+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/42452 The Success Rate of Non-Penetrative Pre-Slaughter Stunning on Australian Brahman Cross Cattle Slaughter in Indonesia 2024-04-01T11:57:08+07:00 Supratikno Kasmono supratikno@apps.ipb.ac.id Heru Setijanto h_setijanto@apps.ipb.ac.id Henny Nuraini hennynuraini@ymail.com Nurhidayat supratikno@apps.ipb.ac.id Srihadi Agungpriyono ysrihadi@apps.ipb.ac.id Etih Sudarnika etih@apps.ipb.ac.id Chairun Nisa’ supratikno@apps.ipb.ac.id Savitri Novelina supratikno@apps.ipb.ac.id Danang Dwi Cahyadi supratikno@apps.ipb.ac.id <p>This study was conducted to evaluate the success rate of non-penetrative pre slaughter stunning (NPPSS) and the factors that influence it in 460 Australian Brahman cross cattle. Observations were made on the handling of cattle, the implementation of NPPSS, the slaughtering process until the animal was declared dead. The results showed that the stunning success rate of NPPSS (SSR) was 74.35%. Ordinal regression analysis of the six observed parameters, three parameters have a significant influence on SSR: shooting placement area (ASP), shooting placement distance (DSP), and the presence of frontal and nuchal eminence (FE, NE). The ASP at the point of the cross line between two lines from the center of the dorsal eye to the center of the contralateral horn base, DSP at a low position (DSP&lt;3 cm), and presence of FE gave a relatively low of SSR. Thus, it can be concluded that the SSR of the use of NPPSS in Indonesia is relatively low and is influenced by ASP, DSP, and the presence of FE and NE.</p> 2024-03-30T12:57:44+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/42123 Perilaku Sepasang Cephalopachus bancanus di Kandang Konservasi Pusat Studi Satwa Primata, Bogor 2024-04-01T14:10:57+07:00 Dwi Wahyuda Wira dwi.wahyudha@unpad.ac.id Ilma Nadya Fadla ilma18001@mail.unpad.ac.id Andi Hiroyuki dwi.wahyudha@unpad.ac.id Novi Mayasari dwi.wahyudha@unpad.ac.id Entang Iskandar dwi.wahyudha@unpad.ac.id Huda Salahudin Darusman dwi.wahyudha@unpad.ac.id Dyah Perwitasari Farajallah dwi.wahyudha@unpad.ac.id <p>Cephalopachus bancanus saat ini dikategorikan sebagai hewan rentan (vulnerable) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penurunan populasi ini terjadi karena hilangnya habitat dan tingkat eksploitasi yang tinggi. Pemahaman perilaku Cephalopachus bancanus dalam konservasi dapat digunakan untuk menunjang perkembangbiakan satwa dalam kaitan mendukung upaya konservasi agar satwa endemik ini tidak menurun populasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur frekuensi perilaku sepasang Cephalopachus bancanus guna mendapatkan data dan informasi mengenai perilaku sepasang dalam kandang konservasi Pusat Studi Satwa Primata, Bogor. Penelitian perilaku pasangan yang teramati diantara lain: perilaku berkelompok, perilaku saling membersihkan diri, perilaku bertengkar, berselisih dan menghindar, perilaku bermain, perilaku seksual. Metode pengamatan yang digunakan adalah focal animal sampling dan instantaneous sampling dengan penilaian one-zerotime sampling. Hasil pengamatan selama 5 periode pengulangan waktu menunjukkan bahwa perilaku berkelompok mempunyai frekuensi paling tinggi yaitu 40% dengan durasi 134 menit, perilaku saling membersihkan diri menunjukkan frekuensi 37% dengan durasi 121 menit, perilaku bertengkar, berselisih dan menghindar menunjukkan frekuensi 18% dengan durasi 61 menit, perilaku bermain menunjukkan frekuensi 4% dengan durasi 12 menit, dan perilaku seksual menunjukkan hasil frekuensi paling rendah, yaitu 1% dengan durasi 4 menit. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu perilaku sosial sepasang Cephalopachus bancanus paling banyak dilakukan yaitu perilaku berkelompok dan paling sedikit dilakukan yaitu perilaku seksual.</p> 2024-03-30T12:59:52+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/49809 Penilaian Pendedahan Kualitatif Virus Penyakit Mulut dan Kuku melalui Pemasukan Kulit Sapi Mentah Garaman dari Malaysia ke Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Indonesia 2024-04-01T14:27:13+07:00 Chaerul Basri chaerul@apps.ipb.ac.id Disty Ayu Sekarsana chaerul@apps.ipb.ac.id Denny Widaya Lukman chaerul@apps.ipb.ac.id <p>Penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan penyakit yang menjadi perhatian semua negara karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Penyakit ini sangat mudah menyebar antar negara atau wilayah sehingga dikategorikan sebagai transboundary animal disease. Salah satu penyebab penyebaran PMK adalah perdagangan hewan dan produk hewan antar negara atau wilayah. Lalu lintas kulit sapi mentah dapat membawa risiko penyebaran PMK. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian risiko pendedahan kualitatif terhadap masuk dan tersebarnya PMK dari kulit sapi mentah garaman ke Indonesia. Penilaian ini dilaksanakan dengan mengembangkan biological pathway terhadap likelihood pendedahan agen penyakit melalui kulit sapi mentah garaman dari negara asal Malaysia ke Indonesia. Tingkat likelihood (kemungkinan) kualitatif pada penilaian pendedahan (exposure assessment) didasarkan pada Biosecurity Import Risk Analysis Guidelines 2016, sedangkan tingkat ketidakpastian ditentukan berdasarkan pedoman yang diberikan oleh The European Food Safety Authority (EFSA). Penilaian akhir pendedahan virus PMK melalui kulit sapi mentah garaman dari Malaysia di Pelabuhan Tanjung Priok menunjukkan tingkat likelihood sedang, dengan tingkat ketidakpastian yang rendah. Tingkat likelihood sedang mengindikasikan bahwa peluang kemungkinan kejadian tersebarnya virus PMK melalui kulit sapi mentah garaman dari Malaysia memiliki peluang yang sama besar yaitu antara terbawa atau tidak terbawanya virus PMK melalui kulit sapi mentah garaman dari Malaysia. Penerapan biosekuriti sebagai tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko penyebaran virus PMK perlu diterapkan pada tempat kedatangan kulit sapi mentah garaman dan di gudang penyimpanan kulit.</p> 2024-03-30T13:02:24+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/46907 Analysis Impact of COVID-19 Pandemic on Veterinary Practice Services in Bandung 2024-04-01T14:28:57+07:00 Dianita Gustina dianita18001@mail.unpad.ac.id Noormarina Indraswari noormarina@unpad.ac.id Tyagita tyagita@unpad.ac.id <p>The increase in COVID-19 cases in Bandung has led to changes in health services, including animal health services. This study aimed to determine the impact of the COVID-19 pandemic and the efforts made by veterinarians to overcome the impact of the COVID-19 pandemic in the clinic. Data was collected by collecting primary data through in-depth interviews. Data was collected on selected respondents to obtain data and explore the impact and efforts made during the pandemic on each veterinary practice service. The impacts found included a shortage of medicines and medical equipment, staff infected COVID-19, temporary closure of veterinary clinics, reduced number of patients, and a shortage of medical staffs. Meanwhile, the efforts include implementing health protocols, changing operational schedules, modifying service flows, providing online or telemedicine services, limiting surgical procedures, providing medicines and medical equipment in the long term, and increasing the number of examination rooms.</p> 2024-03-30T13:03:36+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana https://jai.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/50089 Kasus Rabbit Haemorrhagic Disease (RHD) pada Kelinci: Sejarah, Penyebaran, serta Dampak RHDV di Beberapa Negara Asal Kelinci Impor Indonesia 2024-04-01T11:02:36+07:00 Retno Setyaningsih setyaningsihretno@apps.ipb.ac.id Sri Murtini srimurtini_fkh@apps.ipb.ac.id I Wayan Teguh Wibawan wayanwibawan@yahoo.co.id Surachmi Setiyaningsih surachmisetiyahingsih@apps.ipb.ac.id Ekowati Handharyani ekowati@yahoomail.hk <p>Virus Rabbit Haemorrhagic Disease (RHDV) adalah virus penyebab Rabbit Haemorrhagic Disease (RHD) pada kelinci Eropa (Oryctolagus cuniculus). Penyakit ini memiliki tingkat kematian dan morbiditas hingga 100%. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1984 dan menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 1996, kasus pertama infeksi RHDV pada kelinci tanpa gejala klinis menyebar di peternakan kelinci di Italia. Beberapa studi telah melapaorkan keberadaan variasi genetic RHDV termasuk varian RHDV terbaru. Penyakit ini berpotensi menimbulkan dampak ekologis dan kerugian ekonomi, terutama di peternakan kelinci. Pada studi sebelumnya diketahui bahwa terdapat serokonversi RHDV pada kelinci tanpa gejala klinis di daerah Bandung Barat, Provinsi Jawa barat, Indonesia, meskipun belum ada informasi mengenai keberadaan RHDV di Indonesia. Meskipun Indonesia diketahui berstatus bebas RHDV, namun kelinci yang diimpor berasal dari negara-negara di Eropa, Amerika, dan Australia yang terkenal sebagai negara endemik RHDV. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji penyebaran RHDV di negara asal kelinci impor Indonesia dan dampaknya. Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penyakit kelinci yang sedang berkembang.</p> 2024-03-30T12:45:10+07:00 Copyright (c) 2024 Acta VETERINARIA Indonesiana